Kali ini, kedewasaan ku yang benar benar diuji. Ketika beberapa gumpal materi harus ku hadapi. Dan sekarang? masalah yang tak terduga lagi. Masalah HATI.
Aku bingung dengan semua ini. Bukan masalah bagaimana diri menjalankan suatu gerakan sanitasi. Atau semacam problem solving yang mengikat. Namun, lebih pekat. Lebih menyayat.
Hati yang tersakiti. Memberikan sebuah jawaban seorang mahluk yang terdiam. Dan lagi lagi, harus ku akui, hal ini lebih dari sekedar persoalan virus merah-jambu. Bukan itu. Apalagi bagaimana menjual duku ketika buah itu sedang tak berbuah. Bukan bagaimana mencari ikan dengan pancing bukan dengan jaring. Lebih dari itu, sangat sangat lebih.
Berikan aku suatu jawaban akan kedatanganmu dihadapanku saat ini. Disaat aku bersedia untuk memejamkan diri dan meninggalkan jejak dari hati mu, membuka selembar kertas baru, dan mulai menghapus namamu. Kau kembali dengan segala rupa mu. Wujud nyata mu. Dan semua perwujudan semu itu.
Kamu. Iya kamu. Kamu hati yang seharusnya pergi dari bayang bayangku. Tak ku biarkan semua raga terus memikirkanmu. Menyebut namamu. Mengingatmu. Biarkan kau lenyap dariku, walaupun dengan satu jengkal luasnya.
Bukan membecimu. Hanya memberi peringatan. Karena, zona ini bukan daerah permainanmu lagi.
0 komentar:
Posting Komentar