“Mbok kamu berubah jadi kalem......”
“Lha, gimana ada cowok yang mau sama kamu, kalo kamu
pecicilan kaya gitu?”
“Yang waras dikit to, biar laku.”
Disaat seperti ini, ketika nilai dan norma yang diharapkan
pada seorang wanita adalah berwatak “halus, lembut,kalem,gak cerewet.” Aku
berfikir agak menyimpang. “ Masa bodoh, ini jati diriku.” Aku menganggap
yang aku lakukan selama ini adalah hal yang paling bijak. Karena aku tidak
membohongi diri sendiri, aku tak merubah diriku hanya untuk dicintai orang
lain, aku menikmati hidup ini dengan sifat asli ku bahan mungkin bawaan dari
lahir.
Stigma masyarakat terhadap wanita “yang seharusnya” tidak
berjalan padaku. Perlu kalian ketahui, aku sering di cap “TOA” karena suara ku
yang menggelegar, aku sering mengirimi teman kesayanganku dengan guyonan
rendahan ala OA kesukaanku a.k.a Tatank Galaw yang kadang mengandung unsur
hewan, aku sering tertawa keras sampai lupa bernafas, aku nyaman bercakap-cakap
dengan teman lelaki mulai dari yang kalem sampai yang gondes seperti teman saya
Jampes, aku sering bermain tinju-tinjuan dengan temanku namun hanya yang
laki-laki yang berani, aku sering mengeluarkan ekspresi wajah jelek yang
mungkin itu wajah asli saat tidurku. Itu aku.
Aku merasa menjadi diri sendiri adalah yang terbaik. Daripada bercover Hello Kitty tapi berhati Sadako. Asalkan apa yang aku lakukan
tidak mengandung unsur SARA, why not kan ya?. Aku tau itu bukan wanita yang
dituliskan dalam syariat agama. Dan sering sekali wanita seperti kami ingin
berubah menjadi kalian-kalian yang berwatak lembut nan menyejukkan hati.
memakai hijab sepanjang lutut kaki dan bertutur halus yang syahdu didengar
wanita maupun lelaki.
Namun, tau kah kalian. Ketika ingin berubah, terkadang ada
sekat pembatas yang menjadi penghalang kami untuk berubah. Yaitu, jati diri. Ketika
kami berusaha meniru sifat hakikat wanita yang sebenarnya, ada perasaan yang
mengganjal dalam hati. rasa ketidakjujuran dalam diri, dan bergejolak panas
dalam hati “ini bukan aku.”, “aku tidak nyaman dengan ini.”, seakan akan luapan
ekspresi saat ini berhenti begitu saja. Dan setelah kami renungi............
ini bukan kami.
Ini hanyalah kami yang mencoba menjadi para ukhti sejati.
Kami membohongi diri sendiri.
Satu hal yang pantas kalian tau. Jangan suruh siapapun
berubah menjadi wanita kalem, halus dan lemah lembut . Biarkan, kami dengan
retorika dunia yang ber nada ini, mengisi kesunyian bumi dengan candaan kami,
menghubungkan percakapan si wanita pemalu yang saking jaimnya ga berani bicara
dengan lelaki, menghiasi kehidupanmu dengan sapa-sapaan cerewet kami, menghangatkan
malam dengan makan bersama di lesehan pinggir jalan. Ayolah, tanpa wanita
seperti kami. Dunia ini akan sepi:)
#janganmembohongidirisendiri
#untukdicintai
Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar